Rabu, 29 April 2015

Ini Ceritaku.. Mana Ceritamu?? hehe ( Adat Istiadat Suku Minang)



Assalamualaikum, para omnivora..

Sebenernya sih,  gue  engga terlalu suka menyampaikan keluh-kesah dan duka-gembira gue ke dalam bentuk tulisan seperti ini.. Biasanya sih, gue lebih sering curhat kepada Sang Khaliq (Allah swt) karena Allah swt  memberikan gue jawaban dengan nyata bray.. *Ehemmm 
            Ini didasari karena banyak pola pikir masyarakat terutama  teman-teman seperjuangan di perkuliahan gue bray.. Yang menganggap bahwa Suku Minangkabau itu agak sedikit aneh bila dibandingkan dengan suku-suku yang ada di Indonesia,  terutama dalam hal pernikahan. Banyak yang menganggap bahwa jika perempuan yang  dinikahkan oleh laki-laki dari Suku Minang itu, dari pihak wanita sajalah yang membiayai segala hal dalam pernikahan yang akan diselenggarakan. Yaaa bahasa gaulnya sih “Laki-laki dari Suku Minang akan dibeli oleh pihak wanita nya, cuy..” , mungkin kalo kita mendengar bahasa gaul tadi, kita akan berfikir “Lucu banget sih, masa wanita yang membeli laki-laki.. Engga kebalik tuh hadeeeh -.- “

Nah !!!

Karena gue masih keturunan Suku Minang (Tulen), maklum Ayah dan Ibu gue adalah asli dari kota yang terkenal rendangnya bray.. Mulailah gue langsung bertanya kepada kedua orangtua gue bray.. Beginilah percakapannya hehe 

Gue     : Ayah.. Ibu.. ada yang pengen epan tanyain nih..

Ayah    : Ada apa??

Ibu       : Iya ada apa sih pan??

Gue     : Jadi begini, Ayah & Ibu.. Pasti kalian tahu kan, tentang Laki-laki yang
            dibeli oleh perempuan dalam adat istiadat minang?

Ibu       : Oh itu toh.. Yaaa kita pasti tahu lah pan, dalam pernikahan kan..

Ayah   : Waktu itu Ayah, dibeli sama ibumu dengan seharga 100rb pan..

Gue     : (Seketika langsung berpikir dan ngomong dalam hati) Alamak, jangan-
jangan gue bakal dibeli oleh calon istri gue dong.. hadeeeeh -_-

Ayah   : Memangnya kamu sudah punya calon istri pan??  Kalo sudah, nanti
     biar ibumu dan calon mertuamu yang menghitung berapa harga yang pantas buat          membayarmu.. *kalo bahasa Padangnya “Uang jampuik” atau bahasa Jakartanya                 “Uang jemput” hehe

Gue     : Memangnya, bagaimana sih awal mulanya tradisi “Uang jemput” itu, yah??

Ibu       : Kalau masalah itu biar nanti nenekmu yang menjelaskan, kan beliau
sudah lebih lama tinggal di Padang, pan..

Karena dipikiran gue terus bertanya-tanya , alhasil gue memutuskan untuk meluncur di dunia maya bray.. Mulai dari blog orang-orang  yang gue baca satu per satu ampe kelar pula hadeeeeh -_-

Dan akhirnya, gue bisa menyimpulkan dari baca-bacaan blog tadi bray.. Gini nih, secara singkatnya hehe 

“Memang ada satu daerah di minangkabau yang mensyaratkan sejumlah uang dari pihak wanita untuk diserahkan kepada pihak pria ketika akan melangsungkan pernikahan. Hanya daerah Pariaman yang menganut tradisi ini. Jadi tidaklah tepat memukul rata semua daerah di Minangkabau atau semua orang minang memakai adat ‘babali’ (di beli) ini.
Adat membeli pria ini juga sering disalahartikan seperti mahar dari pihak wanita. Ini tidak benar. Adat Minangkabau dipakai sejalan dengan ajaran agama Islam, maka mahar tetap diberikan oleh pihak pria kepada wanita. Lalu uang apa sebenarnya dalam adat babali ini? Jangankan kepada orang luar minang, bahkan ditanya ke orang Minang tulenpun masih banyak yang tidak tau pasti apa maksudnya.
Ada dua macam bentuk pemberian uang dari pihak perempuan dalam pernikahan di daerah Pariaman, yaitu Uang Jemputan dan Uang Hilang.
Uang jemputan.  Awalanya pihak keluarga wanita menyerahkan harta dengan jumlah tertentu kepada pihak keluarga pria, tapi harta ini akan dikembalikan lagi oleh keluarga pria setelah acara pernikahan dilakukan, tepatnya saat pengantin wanita (anak daro) berkunjung ke rumah mertua (Manajalang ka rumah mintuo).
Bahkan pemberian kembali ini melebih nilai yang diterima oleh pihak lelaki sebelumnya, karena menyangkut gengsi keluarga pria (marapulai) itu sendiri. Uang jemputan berbeda-beda besaran nilainya, bisa juga berupa non-uang seperti mobil, rumah, atau lainnya.
Sementara Uang Hilang atau Uang Dapur merupakan uang kompensasi sesuai dengan kesepakatan kedua keluarga dan tidak wajib dikembalikan lagi kepada keluarga wanita. Kompensasi dimaksudkan karena pihak keluarga akan melepas anak lelaki mereka kepada keluarga pihak wanita, sebab  dalam adat minangkabau pria akan tinggal di rumah istri sebagai Semenda (sumando) dan posisi semenda ini layaknya tamu yang harus dihormati dan dilayani.
Sedangkan di daerah selain Pariaman, adat yang dipakai dalam pernikahan adalah adat menjemput marapulai (mempelai pria), dan ini gratisss, tanpa ada bayar ini dan itu. Adat menjemput marapulai ini merupakan wujud dari penghargaan terhadap lelaki minang dikarenakan pria akan menjadi semenda di rumah istri tadi. Tata cara perkawinan seperti inilah yang berlaku diseluruh lapisan masyarakat di Minangkabau.”

Nah !!!

Sekarang kalian tahu kan, tentang adat istiadat “membeli laki-laki” pada Suku Minang  kan bray.. Jadi, Kalau kalian belum tahu tentang informasi yang sebenarnya, jangan menge-judge informasi itu buruk  bray.. Alangkahbaiknya, teliti dahulu informasi tersebut ,baru kalian bisa menge-judge baik/buruknya informasi tersebut  bray hehe 

NB : Buat kalian para ladies, jangan takut yaaa untuk menjalin hubungan dengan laki-laki dari Suku Minang, kan kalian sudah tahu tentang adat istiadat yang agak unik tersebut hehe.. Ditambah lagi banyak kok, laki-laki minang yang tampan.. Bahkan banyak pula, artis-artis Indonesia (Pria)  yang keturunan Minang  Contohnya :

1.     Muhammad Ali Syarief (Aliando Syarief)



2.     Afgan Syahreza



3.     Naaaaaaah yang ini juga nihhh >> Revan Alatas (Promosi)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar